Minggu, 08 November 2015

Fungsi dan Ciri-Ciri Sastra Anak

Kita bisa dengan mudah menjumpai buku-buku cerita anak. Tapi apakah buku-buku tersebut sudah tepat disebut sebagai sastra anak? Apakah isi buku-buku tersebut diperuntukkan bagi anak-anak? Ataukah hanya sekedar dibuat dengan cerita tentang anak tapi justru tidak cocok bagi anak-anak?

Jika dilihat dari segi pragmatik, maka sastra anak berfungsi sebagai pendidikan juga hiburan bagi anak. Fungsi pendidikan bisa dilihat ketika sastra anak bisa memberi banyak informasi tentang sesuatu hal terutama ilmu pengetahuan, ide kreatif juga pendidikan moral bagi anak. 

Suwardi Endaswara mengatakan bahwa fungsi sastra anak adalah untuk : 
  1. Membentuk kepribadian 
  2. Menuntut kecerdasan emosi anak 
Secara garis besar, menurut Puryanto (2008:7) sastra anak memiliki ciri sebagai berikut : 
  1. Mengandung tema yang mendidik
  2. Alurnya lurus dan tidak berbelit-belit
  3. Menggunakan setting yang ada di sekitar atau yang ada di dunia anak
  4. Tokoh dan penokohan mengandung keteladanan yang baik
  5. Gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu berperan dalam mengembangkan bahasa anak
  6. Sudut pandang orang yang tepat
  7. Imajinasi masih dalam jangkauan anak.
  8. Puisi anak mengandung tema yang menyentuh, ritme yang meriangkan anak, tidak terlalu panjang, ada rima dan bunyi yang serasi dan indah, 
  9. Isinya bisa menambah wawasan pikiran anak.
Sedangkan menurut Saumpaet (dalam Santoso, 2003:8:4) ada 3 ciri sastra anak yaitu : 
  1. Dilihat dari unsur pantangan, yaitu unsur yang secara khusus berhubungan dengan tema dan amanat, maka sastra anak pantang atau menghindari masalah-masalah yang menyangkut tentang seks, cinta yang erotis, dendam yang menimbulkan kebencian atau hal-hal yang bersifat negatif. 
  2. Penyajiannya dengan gaya secara langsung, dimana tokoh yang diperankan sifatnya hitam putih. Yaitu setiap tokoh yang berperan hanya mempunyai satu sifat utama, yaitu baik atau jahat. 
  3. Jika dilihat dari fungsi terapan maka sajian cerita harus bersifat menambah pengetahuan yang bermanfaat. 
Dalam Wahidin (2009) dijelaskan bahwa sifat sastra anak adalah imajinatif semata, bukan berdasarkan pada fakta.Unsur imajinasi ini sangat menonjol dalam sastra anak. Hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas dimiliki oleh mereka dan bukan milik orang dewasa. Sastra anak bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan. 

Namun pada kenyataannya dalam menulis cerita anak yang saya alami adalah ada banyak fakta dari kehidupan sehari-hari atau fakta yang berasal dari budaya, yang bisa diangkat menjadi cerita yang mendidik bagi anak. 

Dari pendapat para ahli maka kita bisa tahu bahwa sebuah karya tulis bisa disebut sebagai sastra anak jika berisi tema-tema yang mendidik atau memberikan insipirasi juga menambah ilmu pengetahuan serta kreatifitas bagi anak. Jika kita lihat lagi beberapa cerita-cerita anak yang pernah kita dengar atau bahkan pernah kita ceritakan pada anak-anak, maka bisa disimpulkan bahwa sastra anak berisi tentang pesan-pesan moral yang disampaikan dengan cara yang sederhana agar bisa diterima dengan baik oleh anak-anak. 

Hanya saja perlu diingat bahwa apa yang disampaikan pada anak dalam sastra anak jangan sampai menggurui anak. Karena pada dasarnya anak-anak lebih menyukai sesuatu yang menghibur dan tidak suka dipaksa. Sementara kalau sifatnya menggurui maka di dalamnya ada unsur paksaan yang tentu saja tidak akan disukai anak.Mengenalkan sastra pada anak sejak dini sangatlah dianjurkan. 

Jadi kalau kita ingin menulis sastra anak, maka yang harus diperhatikan adalah: 

  1. Dalam cerita harus ada pesan moral yang baik, hanya saja pesan moral ini tidak boleh kita paksakan keberadaannya. 
  2. Mengenal kekayaan alam & budaya
  3. Tidak mengandung unsur percintaan & mistis 
  4. Tidak menyelesaikan masalah dengan cara kekerasan ataupun peperangan. 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Belajar Sastra Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang